Home ABOUT

ABOUT

“Embracing Diversity”

Temu Kolese tahun 2018 ini tetap mempertahankan perpaduan antara kompetisi dan kolaborasi. Selain saling berjumpa dan mengenal diharapkan para siswa-siswi dapat mengekspresikan keunggulan dan talenta masing-masing. Temu Kolese ini untuk pertama kalinya setelah 30 tahun, diadakan di luar Seminari Mertoyudan. Sebagai tempat, Kolese Kanisius berada di jantung pemerintahan Republik Indonesia.

A. Tujuan

Temu Kolese 2018 ini mempunyai 3 tujuan. Pertama, melalui Tekol, para siswa-siswi yang bersekolah di kolese Jesuit bisa saling berjumpa dan berkolaborasi. Dengan perjumpaan ini, para siswa/i mempunyai kesempatan untuk berbagi dalam pemikiran, bakat dan keprihatinan. Tema Tekol tahun ini, “Embracing Diversity: Kita tidak sama kita kerjasama”, berangkat dari keprihatinan akan bahayanya radikalisme dan intoleransi yang akhir-akhir ini semakin meningkat di negara kita. Maka, sebagai siswa/i Kolese yang juga sebagai warga negara, Temu Kolese ini menjadi kesempatan untuk ikut merasakan keprihatinan bangsa dan menimbang-nimbang langkah yang tepat ke depannya.

Kedua, sebagai bagian dari pendidikan Jesuit, siswa Kolese disatukan dalam satu spiritualitas yang sama, yakni Spiritualitas Ignasian.

Saling berjumpa dan berkolaborasi dalam bakat dan keunggulan

Melalui Tekol ini, para peserta berbagi semangat 3C (competence, conscience, compassion), magis, AMDG, perseverantia, dan sebagainya. Dan diharapkan melalui rangkaian acara Tekol, siswa semakin menginternalisasikan dan membatinkan semangat-semangat ini dalam pertandingan-pertandingan yang diikuti.

Ketiga, Tekol ini juga diharapkan menjadi sarana membangun networking; sebab dari sinilah kerjasama di kemudian hari diharapkan terus berlanjut, tidak saja dalam bidang kehidupan personal, terlebih kerjasama dalam membangun bangsa.

B. Menimbang Tema: “Embracing Diversity, Kita Tidak Sama Kita Kerjasama”

Sebelum menjelaskan tema Tekol tahun ini, baiklah kita mengingat tema pada Tekol 2015. Pada waktu itu tema yang diangkat adalah My Earth, My Mother. Tema itu berangkat dari keprihatinan yang didengungkan oleh tiga arah programatik Provinsi Indonesia Serikat Yesus, terkait dengan kerusakan lingkungan hidup. Lalu, di awal-awal rapat persiapan Temu Kolese (November 2017), Tekol 2018 dianjurkan mengambil tema tentang keberagaman (Embracing Diversity, Kita Tidak Sama Kita Kerjasama). Maka, berikut ini adalah dasar yang menunjang tema tersebut:

  1. Kelanjutan pendalaman atas tiga arah programatik Provindo, yang sampai sekarang masih sangat relevan untuk digali dan diinternalisasi dalam pendidikan Kolese. Selain itu, dalam Kongregasi Jenderal 36 dekrit 1, n.28, disebutkan bahwa “Pentingnya mengusahakan kebaikan umum, dipanggil untuk berkontribusi dari tradisi religius-spiritualnya menuju pembangunan kedamaian, di wilayah lokal maupun global untuk mengatasi sumber kekerasan (fundamentalisme, intoleransi, konflik etnis religius politik) yang dimotivasi dan dibenarkan oleh distorsi dan pemahaman keliru tentang keyakinan-keyakinan religius.” Maka, sebagai bagian dari gerak Serikat Yesus, Kolese ikut ambil bagian untuk mendalami bersama tema ini.
  2. Isu tentang keberagaman, yang juga menjadi keprihatinan bangsa kita, harus pula menjadi kerpihatinan bagi siswa/i Kolese Jesuit. Maka, melalui Temu Kolese ini, apalagi akan dilangsungkan di Jakarta (Kolese Kanisius), tema ini menjadi tema yang menarik untuk didalami dan didiskusikan. Sebagai cara belajar/pedagogi dalam rangkaian acara, Tema “Embracing Diversity, Kita Tidak Sama Kita Kerjasama” akan dibreakdown menjadi 3 sub-tema, dengan menggunakan metode 3 daya jiwa (akal budi, rasa dan kehendak): Pertama, dunia yang Terbelah.

    “Kita Tidak Sama Kita kerjasama”

    Pada sub-tema ini (hari kedua) dengan daya akal budi, semua peserta Tekol diajak untuk menemukan, melihat, membaca, dan berdiskusi atas berbagai peristiwa baik dalam negeri maupun di belahan dunia lain terkait dengan isu radikalisme dan intoleransi. Kedua, dialog keberagaman. Pada sub-tema ini (hari ketiga), dengan daya rasa, peserta diajak untuk memahami apa arti menjadi berbeda dan memaknai apa itu keberagaman. Ketiga, kita adalah saudara. Pada sub-tema ini (hari keempat), dengan daya kehendak, peserta diajak untuk sampai pada kehendak untuk mengusahakan hidup yang mengutamakan penghargaan dan toleransi. Tidak hanya mengenal dan tahu, tapi mau bekerjasama satu sama lain, meskipun berbeda latar belakang agama, suku, dsb. Untuk menunjang semua pengalaman ini, maka Tekol kali ini akan melibatkan Jaringan Gusdurian, guna meng-animasi bentuk-bentuk dialog dan pemberian input.

Demikian, penjelasan atas tema yang diangkat pada Tekol 2018 ini.